Yogyakarta : Serangan Umum 1 Maret 1949 - Geger News

Geger News

Bikin Berita Gak Harus Geger!

Breaking

Social Bar Ads

Ads Popunder

Sunday, August 20, 2023

Yogyakarta : Serangan Umum 1 Maret 1949



Perlawanan oleh rakyat Indonesia setelah hengkangnya para penjajah dari Tanah Air masih saja terus berjalan. Baik di Jawa maupun di luar Jawa. Pertempuran demi pertempuran yang sengit hingga terjadi antara pasukan Indonesia melawan Sekutu yang menggantikan jepang, ataupun melawan pasukan Belanda yang dibawa tentara sekutu. Indonesia pada saat itu sudah dinyatakan merdeka. Hingga kemudian Perlawanan lainnya masih berlangsung seperti yang terjadi di Bali, Manado, Biak, dan Kalimantan. Dan dalam perjuangan tersebut, peristiwa besar lainnya yang perlu dicatat dalam sejarah perjuangan, adalah peristiwa Serangan Umum yang terjadi pada 1 Maret Tahun 1949.


Pada Tahun 1946, Tanggal 4 Januari Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengusulkan Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang semula di Jakarta, untuk dipindahkan ke Yogyakarta. Hal tersebut diusulkan karena mulai adanya aksi teror oleh pasukan sekutu terhadap para pejabat di Indonesia, hingga adanya percobaan pembunuhan. Namun pendapat lain mengatakan, bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada Tanggal 2 Januari 1946, dengan mengirimkan seorang kurir pesan Surat ke Jakarta, yang berisikan bahwa Yogyakarta siap untuk menjadi tempat Pemerintahan yang baru (Suhartono. Dkk, 2002 : 60).


Jakarta yang pada saat itu tidak lagi kondusif, akhirnya Usulan pemindahan Ibu kota tersebut diterima Ir. Soekarno. Kemudian pada Tanggal 15 November, terjadi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda dengan menyetujui gencatan senjata. Namun, Perjanjian tersebut dilanggar oleh pihak Belanda pada Tahun 1947, Tanggal 21 Juli sampai 5 Agustus yang melakuakan Agresi Militer Belanda I. Dan pada Tahun 1948, Tanggal 17 Januari terjadi Perjanjian Renvile untuk mengakhiri Agresi Belanda I tersebut. Indonesia yang pada saat itu mengalami kerugian, karena banyaknya wilayah yang dikuasai belanda, hingga kemudian Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta mengetahui rencana Agresi Militer Belanda II yang ingin merebut Ibu kota Yogyakarta. Dan pada Tanggal 19 Desember 1948, kemudian Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menyelenggarakan Sidang Kabinet untuk mengantisipasi Agresi Belanda II, dan menyusun berbagai skenario demi Menyelamatkan Indonesia (Margana. Sri, 2022 : 3-4 | Naskah Akademik : Serangan Umum 1 Maret 1949).


Belanda yang menilai bahwa pemerintahan Indonesia telah lumpuh, setelah Agresi Militer I, dan menganggap bahwa hanya ada kekuatan mereka. Hingga kemudian Belanda juga mengklaim bahwa TNI telah kalah dan mundur dengan bukti mereka pergi ke kehutan-hutan dan melakukan gerilya. Namun, dugaan tersebut ternyata melenceng, karena pada tanggal 1 Maret, Tahun 1949 TNI melakukan serangan yang dipersiapkan dengan rapih sebelumnya. Hingga kemudian peristiwa ini dikenal dengan Istilah "Serangan Umum 1 Maret 1949".


Sebelum terjadinya insiden tersebut, pada Tanggal 26 Desember 1948, mengeluarkan Surat perintah yang berisikan untuk melakukan serangan balasan pada Tanggal 30 Desember. Akan tetapi, karena keberadaan Belanda yang pada Tanggal 28 Desember, Perintah untuk menyerang dimajukan yakni pada Tanggal 29 Desember. Perintah menyerang atas dasar "Serangan Balasan" ini dipicu karena adanya perkataan Soeharto, bahwa "Kepercayaan Rakyat harus segera dikembalikan", hingga akhirnya memutuskan untuk mengadakan Serangan balasan. Pada Serangan tersebut terdapat empat perintah. Antara lain: Pertama, Melakukan serangan di malam hari dengan menghancurkan kekuatan musuh, serta merampas persenjataan sebanyak-banyaknya dan mengorbankan bumi hangus. Kedua, Sekitar pada pukul 16.00 WIB, pasukan gerilya harus telah bersiap. Ketiga, Pada pukul 19.00 WIB, menyusup ke bagian kota dan sekitar pukul 21.00 WIB, tembakan pertama diletuskan. Dan Keempat, Pertempuran tersebut berkecamuk hingga pukul 04.00 WIB, yang sepenuhnya dikuasai oleh para gerilyawan (Trisnaningsih. Eka, 2016 : 8-9 | Skripsi - UNNES).


Hingga Akhirnya dalam Serangan 1 Maret 1949 yang telah terorganisir, yang dilaksanakan oleh TNI dengan dibawah komando Letkol Soeharto, Membaginya dalam lima sektor. Sektor Utara dipimpin oleh Mayor Kusno, Sektor Barat oleh Letkol Ventje Samual, Sektor Selatan dan Sektor Timur dipimpin oleh Mayor Sarjono, Dan di bagian kota dipimpin oleh Letnan Amir. Peperangan tersebut dimulai pukul 06.00, hingga dengan pukul 12.00 WIB. Dengan keberberhasilannya yang telah memporakporandakan tentara Belanda dan memaksanya untuk segera keluar dari Yogyakarta. Akan tetapi, dari pasukan TNI yang sukses menguasai Kota Yogyakarta selama 6 Jam tersebut, hingga kemudian dengan cepat, mereka bergegas kembali sebelum pasukan Belanda yang lebih kuat kembali. Pada Insiden ini berdampak cukup besar, dalam rangka untuk membakar semangat para TNI di wilayah lain yang juga menyerang dengan Agresi Militer Belanda lainnya (Aman, 2015 : 24-25).





Terimakasih,

Semoga Informasi ini dapat bermanfaat!

No comments:

Post a Comment